Senin, 10 Januari 2011

Observasi Pembelajaran PKn SD di Lab School


Pembelajaran PKn 2 SD
Pada hari Selasa, 9 November 2010, saya melakukan pengamatan tentang pembelajaran PKn kelas 2 SD yang dilaksanakan di sebuah SD RSBI 12 Rawamangun. Materi pokok yang mereka pelajari saat itu adalah menerapkan hidup rukun, tolong menolong serta saling berbagi di rumah, sekolah, dan masyarakat.

A.  Perencanaan pembelajaran :
        I.      Merencanakan pengorganisasian bahan ajar
Disana guru berpedoman pada bahan ajar yang tercantum dalam kurikulum. Hal ini ia aplikasikan dengan membaca serta memahami RPP sebelum KBM berlangsung.
Guru langsung memberikan contoh nyata hidup saling berbagi dan tolong menolong. Contohnya dengan bermain peran, memapah teman yang terjatuh, memberikan sebagian bekel kepada teman yang tidak membawa makan, bersedekah kepada pengemis.
Guru menyusun bahan ajar sesuai dengan tahap kemampuan perkembangan siswa kelas kecil, yang kemampuan berfikirnya masih pada tahap operational konkrit. Sehingga learning by doing digunakan sang guru dalam model pembelajaraan. Metode pembelajaran yang digunakan guru agar menunjang kemampuan berfikir konkret siswa seperti bermain peran dengan menirukan contoh-contoh hidup saling berbagi dan bergotong royong yang terjadi di kehidupan sehari-hari peserta didik.

      II.      Merencanakan pengelolaan kelas
Guru memilih rolling tempat duduk setiap harinya untuk menentukan dengan tepat pengaturan ruangan untuk strategi mengajarnya. Namun di dalam menentukan alokasi penggunaan waktu, guru tidak terikat dengan RPP yang dimilikinya yang seharusnya kegiatan belajar terjadi selama 2 x 30 menit atau satu jam, menjadi 1jam 35 menit.
Guru mengkondusifkan kelas terlebih dahulu sebelum KBM dimulai. Guru mengawali KBM dengan berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing, setelah itu memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya umum mengenai materi pokok yang akan diajarkan.

     III.      Merencanakan penggunaan media, sumber, dan metode pengajaran
Di kelas ini, guru menggunakan media belajar berupa gambar-gambar yang berkaitan dengan materi pokok; saling berbagi dan tolong menolong yang gambar itu sendiri merupakan hasil karya yang diciptakan oleh masing-masing peserta didik dan gurunya pun sendiri.
Dalam menentukan sumber pengajaran, guru mengambil bahan ajar dari kisah-kisah nyata yang terjadi di negri ini, lingkungan sekitar murid dan guru (lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat), yang sedang menjadi hot news, seperti peristiwa gunung merapi yang sedang terjadi di negri ini. Guru mengaitkan bencana merapi tersebut dengan materi ajar yang sedang dibahas. “Kita bisa meringankan beban mereka dengan menyumbangkan uang jajan/tabungan yang kita miliki, bisa juga berupa pakaian, maupun tenaga kita nak, dengan cara membantu membagikan makanan kepada para korban. Hayoo ini termasuk contoh tolong menolong dan hidup saling membantu atau tidaak? Siapa yang tauu??”
Dan buku paket PKn tidak seutuhnya menjadi satu-satunya sumber pengetahuan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Menurut hasil pengamatan saya, buku paket ini dijadikan sebagai media agar siswa dapat melihat gambar-gambar lain mengenai gotong royong dan hidup saling berbagi.
Dalam menentukan metode pengajaran, guru menggunakan metode-metode sebagai berikut : metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, dan simulasi. Hal ini bisa kita lihat dari upaya guru yang merangsang pengetahuan peserta didiknya melalui penjelasan-penjelasannya yang ia kembangkan dengan cerita-cerita nyata yang terjadi di lingkungan hidup agar peserta didik memahami maksud serta tujuan gotong royong dan hidup saling berbagi melalui semua media belajar yang ada agar terjadi perubahan ke arah yang lebih baik dalam waktu cukup lama baik dalam kemampuan kognitif siswa, afektif, serta psikomotoriknya.
Peserta didik diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai apa yang kurang ia mengerti dan saling share kepada teman dan guru tentang pengetahuan yang ia miliki/ketahui dalam lingkungan hidupnya. Setelah itu guru menugaskan peserta didik untuk menempelkan gambar-gambar yang mereka bawa ke dalam 2 kategori; gotong royong dan hidup saling berbagi dalam bentuk diskusi kelompok kecil.
Setelah berdiskusi, di depan kelas peserta menirukan gambar-gambar yang ia tempelkan dengan caranya sendiri.

    IV.      Merencanakan penilaian prestasi siswa
Dalam menentukan penilaian prestasi peserta didik, guru tidak hanya menilai prestasi siswa dari satu ranah saja. Guru selalu menilai prestasi peserta didik dari berbagai aspek, kemampuan kognitif, kemampuan afektif, dan kemampuan psikomotoriknya. Seperti: Di saat salah seorang siswa mengumpulkan tugas rumahnya, ia mendapatkan nilai 10 karena ia tepat menjodohkan semua gambar ke dalam kategorinya masing-masing (hidup tolong-menolong serta saling berbagi di rumah, sekolah, dan masyarakat) serta hasil potongan dan tempelan gambarnya sangat rapi (kemampuan psikomotorik), namun ternyata sang guru megurangi nilai siswa menjadi 9 dengan alasan siswa tersebut terlambat/ tidak disiplin dalam mengumpulkan pekerjaan rumahnya (kemampuan afeksinya).
Guru membuat alat penilaian hasil belajar berupa test (menjodohkan gambar (matching), benar-salah, dan tanya jawab), memeriksa hasil pekerjaan rumah murid, instrument non-test; (participation charts atau bagan partisipasi penilaian yang lebih bersifat afeksi).

B.  Pelaksanaan Pembelajaran :
          I.      Memulai proses pembelajaran
Menurut analisa saya, dalam memotivasi siswa untuk terlibat dalam proses pembelajaran, guru menggunakan strategi pembelajaran ekspositori dan discovery. Ekspositori ialah guru berfungsi sebagai pemberi dan pentransfer ilmu dan pengetahuannya kepada siswa, sesuai dengan karakteristik siswa kelas rendah yang masih ketergantungan kepada gurunya. Sedangkan discovery ialah upaya yang dilakukan siswa untuk mendapatkan pengetahuannya sendiri dan guru berfungsi sebagai fasilitator dan motivator.
Disini, untuk merangsang pengetahuan-pengetahuan peserta didik di lingkungan sekitarnya, sang guru merangsang peserta didiknya dengan jalan menceritakan apa yang sedang menjadi hot news saat ini, seperti menjelang hari raya iedul adha, orang yang berekonomi berkecukupan, menyisihkan uangnya untuk berqurban. Lalu guru bertanya kepada siswa apa tujuan dari berqurban? Setelah mendengarkan pendapat-pendapat dari muridnya, lalu guru tersebut meluruskannya atau memberi penguatan. Fungsi dari berqurban ia kembalikan lagi ke tema ajar semula, yakni untuk saling berbagi, agar orang yang berekonomi ke bawah atau kurang mampu bisa merasakan makan daging sapi dan kambing, dll.
Guru juga memberikan kesempatan berpendapat kepada peserta didik untuk memberikan contoh nyata hidup bergotong-royong serta saling berbagi dalam kehidupan sehari-hari peserta didik namun tetap bertanggung jawab dan argumen-argumen siswa selalu dikaitkan oleh guru dengan tema ajar. Disamping itu, guru juga memberi saran kepada peserta didiknya agar mereka sesering  mungkin menonton berita dan membaca koran agar pengetahuan siswa bertambah dan diharapkan peserta didik menjadi pribadi yang peka terhadap lingkungannya.

        II.      Mengelola kegiatan inti
Dalam mengelola kegiatan inti, dengan cerita-cerita nyata yang terjadi di kehidupan sehari-hari, guru memberikan contoh sederhana bagaimana penerapan hidup saling berbagi serta bergotong-royong di rumah, sekolah, dan masyarakat.
Sang guru menceritakan bagaimana sulitnya kehidupan anak jalanan di daerah rawamangun, tempat bersekolah mereka. Akan tetapi, meski sesulit apapun hidup mereka, jauh dari kemewahan, mereka tetap saling berbagi, tidak berkelahi satu dengan lainnya, bahkan mereka mengais rizki bersama, ada yang mengamen sambil mengasuh dan menggendong adiknya walau diterik matahari yang panas. Guru juga menceritakan tentang adanya dompet duafa yang berfungsi menyalurkan dana kepada orang yang membutuhkannya.
Dalam penggunaan media, guru hanya menggunakan gambar-gambar yang dibawa peseta didik untuk menjelaskan bagaimana hidup bergotong-royong dan saling berbagi di rumah, sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Guru sangat mendorong siswa agar aktif dalam kegiatan pembelajaran. Guru membebaskan muridnya untuk menceritakan pengetahuan yang ia miliki tentang hidup bergotong-royong di rumah, sekolah, dan masyarakat.
Setiap pendapat yang dikemukakan peserta didiknya, diberikan penguatan oleh gurunya.

       III.      Mengorganisasi waktu, siswa, dan fasilitas belajar
Guru kurang pas dalam mengkordinir waktu yang tercantum di RPP. Seharusnya pembelajaran bisa terselesaikan dalam tempo 2x30 menit namun ia menyelesaikannya dalam waktu 1jam 35 menit.
Siswa berkubutuhan khusus yang mengalami gangguan pada daya konsentrasi, lebih mendapatkan perhatian ekstra dari gurunya.
Dalam pemanfaatan fasilitas belajar, guru menggunakan gambar-gambar yang berhubungan dengan tema ajar yakni saling berbagi dan  tolong menolong.

      IV.      Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar
Penilaian yang dilakukan selama kegiatan belajar berlangsung lebih bersifat penilaian secara afektif, participation charts atau bagan partisipasi menjadi salah satu alat ukur. Keikutsertaan peserta didik dalam suatu proses pembelajaran harus diukur, karena ia memiliki informasi yang kaya tentang hasil belajar yang bersifat non-kognitif, yaitu lebih bersifat afektif. Guru menilai keaktifan siswa pada saat dia melakukan diskusi tentang tema ajar, hidup saling bergotong-royong dan hidup saling berbagi.
Penilaian pada akhir pembelajaran guru menugaskan siswa untuk menirukan ke depan kelas gambar-gambar yang ia bawa dan ia diskusikan. Seperti memapah teman yang terjatuh, saling berbagi bekel dengan teman, menolong ibu menyapu.

       V.      Mengakhiri proses pembelajaran
Guru menyimpulkan pelaksanaan belajar tentang hidup bergotong royong dan hidup saling berbagi di lingkungan masyarakat, sekolah, dan rumah melalui contoh-contoh yang telah disimulasikan oleh peserta didiknya.
Guru memberikan penugasan kepada peserta didik dalam bentuk pr yang dibuat oleh sang guru.

Pandangan penulis secara menyeluruh mengenai pembelajaran di SDN RSBI 12 Rawamangun (Lab School) 
Menurut saya, pendidikan yang diterapkan di sekolah ini tidak monoton, dengan segala metode pembelajaran, model pembelajaran, pendekatan pembelajaran ia gunakan dan terus mereka kembangkan guna terjadi pembelajaran yang PAKEM, sehingga diharapkan 4 pilar pendidikan bisa terwujud. Dan sekolah ini tidak melupakan tahap-tahap perkembangan yang terjadi pada peserta didiknya. Dan diharapkan peserta didik mampu menjadi manusia yang sukses namun berakhlak.

Cindera Ayuningtyas
1815096211
PKn 2 SD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar